Selasa, 01 Februari 2011

Teh Nur, Sosok Guru Ikhlas nan Sungguh-sungguh

Nurharifah Ruswari, Ia adalah guru mengaji saya ketika masih kecil dulu. Bermula di sebuah ruang tamu, Ia mulai mengajar beberapa anak komplek baca tulis Qur’an. Saat itu Ia masih duduk di bangku kuliah. Semangatnya untuk berbagi ilmu luar biasa. Perawakannya yang kecil mungil, sangat berbeda dengan karakternya yang tegas dan berkeinginan kuat. Awalnya hanya beberapa gelintir anak saja yang belajar mengaji padanya. Hanya belajar iqro dan Al qur’an saja. Namun seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak anak-anak yang tertarik, dan ibu-ibu yang menitipkan anaknya untuk belajar membaca Qur’an Termasuk saya, saya diajak oleh seorang teman untuk belajar Qur’an di rumah beliau yang akrab kami sapa Teh Nur ini.

Ketika anak-anak semakin banyak, akhirnya pindahlah kami ke sebuah mushala di samping ruang tamu rumahnya. Pengajar pun bertambah, tidak hanya Ia sendiri. Waktupun bergulir hingga pada akhirnya tempat kami ini memiliki nama, TPA Qurrata A’yun. Walaupun secara administratif kami tidak terdaftar di BKPRMI, namun semangat guru-guru kami untuk menjadikan kami ’penyejuk mata’ bagi orang tua tidak kalah dengan TPA-TPA lainnya.

Setiap kami datang ke mushala tersebut, yang pertama kami lakukan adalah menaruh sebuah kartu baca Qur’an kepada guru kami. Sambil menunggu untuk dipanggil mengaji, kami menuliskan ayat-ayat qur’an dimulai dari lembaran akhir Al Qur’an. Setelah semua anak selesai menulis dan membaca qur’an, lalu kami mulai menghafal qur’an dari ayat-ayat pilihan, juz 30 dan ayat-ayat awal Al baqarah. Begitu setiap hari, selepas maghrib, aktivitas sebagian anak-anak di komplek rumah.

Mengaji di rumahnya begitu menyenangkan dan menarik bagi kami, karena setiap anak diberikan buku Iqro gratis, kemudian jika selesai Iqro 6, maka setiap anak diberikan mushaf Al Quran, setiap selesai satu juz, kita selalu mendapatkan hadiah spidol. Selain itu, Masya Allah yang tidak kalah menarik, beliau ini mengajar kami tidak hanya pada jam mengaji saja, beliau pun bermain bersama kami di waktu luangnya. Kami belajar bahasa Inggris, belajar ilmu matematika yang sangat mudah dimengerti jika Ia yang mengajarkannya, diajarkannya kami nasyid, membaca puisi dan memainkan peran dalam drama-drama cerita islami. Diajaknya kami rihlah, lari pagi setelah subuh, keliling mengenal masjid-masjid disekitar rumah kami. Sehingga anak-anak pun merasa sangat nyaman bermain disana, di mushala kami tercinta. Mushala kami ini sudah seperti rumah kedua kami.

Kami dididiknya hingga kami merasa malu jika kami memakai baju yang minim (rok atau celana diatas lutut, padahal saya masih kelas 3 SD ketika itu), merasa malu jika melakukan perbuatan-perbuatan yang ’nakal’. Kami dididiknya hingga kami tahu bahwa pacaran dalam Islam itu haram, bahwa memakai jilbab itu wajib bagi yang sudah baligh. Bahwa mencari ilmu dan membaca itu adalah suatu kenikmatan.

Di bulan Ramadhan, kami mengaji setiap setelah shubuh, secara tidak langsung kami dididik untuk tidak tidur setelah shalat shubuh. Lalu dimotivasinya kami untuk khatam membaca Al Qur’an. Diajarkan pula kami untuk beritikaf dan bermuhasabah di bulan ramadhan ini, momen masa kecil yang sungguh sangat berkesan.

Kami begitu dekat satu sama lain, Ia tidak hanya berperan sebagai guru bagi kami, tapi Ia adalah juga sahabat, sekaligus seorang kakak. Begitulah kami merasakan didikannya selama kurang lebih 5-6 tahun lamanya... Bagi saya didikannya begitu membekas. Kami begitu mencintainya. Suatu hari, Saya masih ingat ketika guru kami ini mengalami keguguran, kami menjenguknyai di Rumah sakit. Ketika itu kami semua menangis tersedu-sedu karena tak tega melihatnya terbaring dengan infus ditangannya. Kami begitu mencintainya, hingga ketika Ia harus pergi bersama suaminya keluar kota, kamipun melepas kepergiannya dengan tangisan kami. Setelah kepergiannya itu tidak ada lagi TPA yang mewarnai masa anak-anak seperti yang telah kami lalui...

Didikan Teh Nur begitu membekas di dalam benak kami. Setulus hati kami menghormati beliau, hingga setiap mengingatnya, teriring doa agar semua yang telah beliau lakukan menjadi amal jariyah yang mampu mengantarkannya ke Surga Allah SWT. Semoga, akan selalu ada Teh Nur Teh Nur yang lain di setiap zaman. Mereka yang dengan ikhlas dan penuh gairah, menjadi pengajar sekaligus tauladan… Guru kehidupan bagi murid-muridnya…


Riyadh, 10-10-10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar