Sabtu, 19 November 2011

Unsyuudah




ما لي رب سواه
أحمد زيدان

ما لي رب سواه
غفار يمحو الذنوب
ما لي رب سواه
نور يهدي القلوب

يا الله
عبد كثرت ذنوبي
زادت حولي كروبي
منك اليك غروبي
ياالله
لاتحرمني نعيما
لاتتركني سقيما
يا منانا رحيما

يا الله
أنت العلي القادرالعظيم
يا الله
أنت السميع البصير العليم

ما لي رب سواه
رب السماء العطوف
يغفر لمن عصاه
وهو الحليم الرؤوف
يا الله
رحمن للبرايا
غفار للخطايا
ورجائ هو هدايا

يا الله
ارحم ضعفي وحالي
فاق الذنب احتمالي
فاغفر يا ذا الجلال

يا الله
أنت العزيز الغفور الرحيم
يا الله
أنت القدوس السلام الكريم

Jumat, 11 November 2011

Review: The Greater Good Film (Film Tentang Vaksinasi)


Dua hari yang lalu, saya menonton sebuah film documenter tentang vaksin. Film yang penggarapannya apik sekali (tentu saja, banyak mendapat penghargaan ternyata).

Alhamdulillah, bersyukur bisa menonton film ini gratis, karena setelah tanggal 9 katanya film tidak bisa dilihat secara online, tapi harus bayar USD$ 10 he..he..(terima kasih untuk yang telah posting link film ini di grup itbmotherhood)

Film ini, menampilkan pendapat para dokter anak (yang telah berpengalaman puluhan tahun baik yang pro vaksin ataupun yang ‘mempertanyakan’ keamanan vaksin), riset para peneliti mengenai vaksin, orang tua dan keluarga yang menjadi ‘korban’ vaksinasi, serta pandangan para pejabat FDA dan CDC di Amerika sana…

Jika Anda termasuk yang memiliki ‘interest’ terhadap vaksin kontroversi,

film ini saya rasa highly recommended untuk ditonton...

Sebagian isi Film ini mendokumentasikan kehidupan beberapa keluarga yang berubah total akibat vaksinasi:

Kisah pertama adalah Perjuangan Seorang Ibu yang anaknya (Gaby)- mengalami cacat (ingatan berkurang, penglihatan berkurang, dan lumpuh di beberapa titik tubuhnya) setelah mendapatkan 3 suntikan vaksin HPV dan harus menghabiskan kurang lebih 2000 dollar setiap bulannya untuk pengobatan…


Gabi adalah remaja yang memutuskan dirinya untuk mendapatkan vaksin setelah melihat tayangan iklan Gradasil (merk vaksin HPV) yang sangat massive di amerika sana, Pesan iklannya sangat mudah diingat dan tentu saja provokatif : you could be one less death cancer.

Para ahli menilai telah terjadi kesalahpahaman pada masyarakat tentang kanker serviks akibat dari iklan vaksin HPV ini (iklannya menghabiskan dana 5 juta dollar lho)… Masyarakat tidak banyak mempertimbangkan efek samping dari vaksin HPV (y

ang ternyata banyak sekali, silahkan lihat di situs resmi Gradasil dan Wikipedia). Walau bagaimanapun, para ahli menyatakan untuk mencegah terjadinya kanker serviks, pap smear lebih baik dibandingkan dengan vaksin, para ahli mengatakan ‘You could be one less death cancer if you do the pap smear’.

Kisah yang kedua adalah Seorang ibu yang berprofesi Psikiatris (petugas kesehatan) yang bayinya meninggal setelah divaksinasi.

Dan kisah yang terakhir adalah seorang ibu dengan anak Autis. Pada awalnya sang anak normal dan sehat, namun setelah bisa berjalan ada tanda-tanda ‘tidak normal’ pada sang anak, diantaranya sering berjalan jinjit, lalu kedua orang tuanya memutuskan untuk memeriksakan ke dokter. Dokter menyatakan bahwa sang anak menderita autis, dan menyarankan untuk tes kandungan logam berat dalam darah, dan ternyata kandungan mercury dalam tubuh sang anak sudah melebihi ambang batas. Dokter mengatakan, tak perlu mempertanyakan dari mana kandungan mercury ini berasal, kita semua tahu bahwa mercury ini berasal dari vaksinasi…

Film ini mengungkap fakta-fakta, pendapat-pendapat dari para dokter dan ilmuwan (termasuk didalamnya ahli neuroscience yang sangat menarik untuk disimak, diantaranya adalah:

  • Seorang ahli neuroscience, melakukan riset mengenai alumunium hidoxyphosphate yang biasa terdapat dalam vaksin sebagai adjuvant . Ia menyuntikan zat tersebut kepada tikus, lalu yang terjadi adalah kerusakan pada sel-sel otak tikus tersebut. Hasil penelitian ini ditampilkan dengan animasi yang menarik.
  • Seorang ahli HPV, menyatakan bahwa iklan vaksin HP dan kebijakan pemerintah (di Negara Bagian Texas USA, mewajibkan remaja putri untuk diberikan vaksin HPV) terlalu politis dan berlebihan. Di Maryland, Vaksin diwajibkan di sekolah-sekolah bahkan dijaga ketat, CNN memberi judul pemberitaannya: Shot or Jail.
  • Fakta: Pada kurun waktu 10 tahun terakhir, industry farmasi di Amerika, telah lebih banyak mengeluarkan uang untuk me-loby pemerintah dibandingkan dengan industry minyak dan gas.
  • Dr Sears, menyebutkan kebanyakan dokter tidak menjelaskan bahwa selalu ada resiko ketika kita memberi vaksin pada anak, bahwa vaksin tidak 100% aman.
  • Setiap anak memiliki reaksi berbeda-beda terhadap vaksin, tergantung dari family background history dan medical record sang anak. Seharusnya program vaksinasi mempertimbangkan perbedaan toleransi setiap anak terhadap vaksin.
  • Seorang dokter anak mengungkap fakta berikut (terdapat di jurnal pediatrics). Berikut data angka penurunan kematian anak, penurunan terjadi bahkan sebelum vaksin digunakan secara luas.

“Thus vaccination doesn’t account for the impressive declines in mortality seen in the first half of the century”

  • Terdapat Sebuah lembaga di Amerika : National Vaccine Information Center yang berdiri netral, tidak pro vaksin dan tidak pula anti vaksin. Lembaga ini menampung informasi dan data anak-anak yang mengalami dampak/efek samping dari vaksinasi. Lembaga ini kerap kali melakukan class action untuk meng-edukasi masyarakat mengenai keamanan vaksinasi, dan melakukan audiensi dengan kongres Amerika ketika ada beberapa vaksin yang akan diwajibkan oleh pemerintah untuk di re-evaluasi.

Di akhir film ini, the National Vaccine Information center menegaskan bahwa mereka bukanlah kumpulan orang-orang yang anti vaksin namun, yang mereka inginkan adalah perbaikan kebijakan mengenai vaksinasi dan menginginkan vaksin safety yang lebih baik lagi. Mereka mengatakan dalam sebuah conference: “Show us the science and give us the choice”

Mother Greatest Hope...


Sebuah coretan lawas...

Apa Harapan Terbesar Seorang Ibu Terhadap Anaknya?

Apakah menjadi seseorang yang pintar? Kaya raya? Menjadi seorang yang terkenal? Menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil?

Bukan! Sama sekali bukan kawan!

Harapan terbesar seorang Ibu terhadap anaknya adalah...

anak yang dilahirkannya kelak menjadi anak yang shaleh atau shalehah, menjadi anak yang sukses, yaitu sukses berjalan memasuki Syurga-Nya kelak.

Itulah harapan terbesar seorang Ibu terhadap anaknya, harapan itu datang bukan ketika Ia pertama kali menatap mata buah hatinya, namun jauh sebelum itu,semenjak Ia mengandung. Betapa besar rasa khawatirnya jika harapannya itu tidak terwujud. Ia hanya menginginkan sebuah pertemuan yang kekal di akhirat kelak.

Apakah kita sebagai seorang anak menyadari hal ini? Mungkin sebagian dari kita akan menjawab ya, mungkin sebagian akan menjawab tidak-dan masih berpikir membahagiakan Ibu dengan hal-hal duniawi lainnya...akan tetapi setiap diri kita pasti akan lebih memahami dan merasakan hal yang harapan terbesar itu ketika menjadi seorang Ibu. Ya, Ibu hanya menginginkan kita menutup usia dengan khusnul khatimah…

Maka menjadi seorang anak yang shaleh atau shalehah adalah sebuah kado terindah yang tak ternilai harganya bagi Ibu kita..

Tulisan ini didedikasikan untuk mamah tercinta, ibu mertua yang kusayangi, dan putri kecilku-Aufa-tercinta yang baru akan menginjak usia 3 bulan.


Kamis, 10 November 2011

Rotasi Layar :)


Lain, hari lain lagi masalahnya… setahun yang lalu Aufa 'berhasil' merotasi tampilan layar komputer 90 derajat…


Ini ternyata dikarenakan (secara tidak sengaja tentunya) tombol Ctrl, Alt dan arah kanan (right arrow) tertekan secara bersamaan…

Yah, untuk mengembalikan ke kondisi semula.. tinggal tekan bersamaan tombol Ctrl, Alt dan arah panah atas (up Arrow)…

Semoga bermanfaat ya tips nya..

Tombol J K L jadi 1 2 3



Setelah Aufa suka ‘ikut mengetik’ (baca: memencet tuts keyboard asal-asalan).. seringkali laptop mengalami error di bagian keyboard… Terima kasih ya Nak, ummi jadi banyak belajar tentang kegunaan tuts yang ada di keyboard….

Suatu hari, ketika saya mengetik tiba-tiba huruf JKL jadi 123, UIO jadi 456…

Seharusnya angka-angka tersebut muncul jika kita menahan tombol FN, tapi ini yang terjadi malah sebaliknya… jika kita ingin mengetik huruf JKL dan UIO harus sambil menekan FN, lelahnya jari ini lama kelamaan…

Bagaimana solusinya?

Setelah Googling akhirnya nemu solusinya:

è Tekan tombol FN bersamaan dengan NumLk

Jika di Laptop tidak ada tombol NumLk, tekan FN bersamaan dengan tombol F11..

Demikian Tips kali ini J

Sabtu, 05 November 2011

Isu Kemiskinan di Saudi

Beberapa media pekan ini ramai mengabarkan tentang sebuah video yang diunggah di YouTube. Video ini mengungkap kemiskinan yang ada di Saudi, di daerah Jadariyah dekat pusat Kota, Riyadh.
Yang menarik adalah, ada sebuah komentar pembaca di sebuah media online yang menyebutkan bahwa sebenarnya kemiskinan di Arab Saudi melebihi kemiskinan yang terjadi di Indonesia, hmmm Benarkah???
Saya sangsi akan komentar tersebut, karena yang saya saksikan selama kurang lebih 2 tahun di Riyadh:
  1. Sangat jarang terlihat pengemis dijalanan (tidak seramai di Indonesia)
  2. Benar Orang Saudi memang sulit memiliki rumah sendiri, akan tetapi mereka tinggal di rumah-rumah kontrakan, yang pada kenyataannya lebih baik dibandingkan saudara-saudara kita di Indonesia yang banyak tinggal di rumah-rumah kardus T_T
  3. Harga sembako disini sangat terjangkau oleh masyarakat… roti dan susu sangat murah… hanya SR 1.. bahan bakar kendaraan???-kalo yang ini tak usah dipertanyakan lagi-
  4. Di Saudi tak ada Pajak. Walaupun begitu, jalan aspal tak ada yang bolong-bolong…

Benarkah kemiskinan di Arab Saudi lebih parah dibandingkan dengan di Indonesia??
Allahu’alam, Allahlah yang Maha Tahu.

Rabu, 28 September 2011

Home Sweet Home


Setelah merantau selama 2 tahun, saya dan mungkin teman-teman lain juga merasakan hal yang sama…
Ketika sedang di rantau, rindu tanah air, rindu suasananya, makanannya, dan tentu saja rindu orang tua , sanak saudara, serta sahabat.. Ketika kemarin libur musim panas tiba, para bahist (mahasiswa+peneliti) dan beberapa pekerja lainnya, dapat berlibur selama 2 bulan.. sebagian besar dari kami pulang ke tanah air..
Lalu apa yang terjadi? Ternyata.. begitu pula sebaliknya ketika sedang di tanah air, kami rindu tempat tinggal di rantau
Ketika jadwal kembali ke tanah rantau sudah dekat, saya sendiri sedih karena harus meninggalkan keluarga tercinta. Namun, Ternyata! setibanya di Riyadh.. hati ini rasanya tentram, nyaman dan bahagia.. tidak ada rasa sedih sama sekali…
Jadi dimana sebenarnya tempat yang kami sebut ‘rumah/home ( a place where we belong to)’?
Allahu ‘alam,akan tapi yang saya rasakan, tempat dimana kami (saya, suami dan juga anak) tinggal, di belahan bumi Allah manapun.. mungkin disitulah yang kami sebut dengan ‘rumah’

Kamis, 01 September 2011

Fenomena ‘Langka’ Di Saudi


Di suatu siang.. ada seorang perempuan mencuci mobil yang terparkir di luar rumah, tepatnya di depan rumah kami… wow berani sekali tetangga kami ini!!


Rabu, 25 Mei 2011

Extreme Weather in Riyadh


Kota Riyadh merupakan kota di tengah gurun pasir. Sehingga cuacanya ekstrim, ketika musim panas, sangat panas, musim dingin sangat dingin.

Hujan di Riyadh

Hujan di Saudi Arabia biasanya terjadi setahun sekali itupun hanya rintik-rintik… namun tidak dalam dua tahun belakangan ini.. November 2009 – Mei 2010 banyak sekali turun hujan walaupun tak sederas dan selama di Indonesia. Hujan yang sedang (kadar ke-deras-an nya ini menurut saya, dalam waktu 15-30 menit), menimbulkan banyak masalah tentu saja, karena saya melihat memang perencanaan kota tidak dipersiapkan untuk itu, sehingga banyak sekali terjadi banjir dan genangan air dimana-mana. JIka terjadi hujan seperti ini biasanya sekolah-sekolah diliburkan karena kondisi sekolah yang kotor. Pada umumya hujan terjadi rintik-rintik itu pun tak sampai 10 menit.

Musim Dingin

Pada musim dingin, sebuah koran Arab News menyebutkan bahwa Riyadh seperti icebox. Jika dimalam hari suhu bisa mencapai 0 derajat celcius.

Musim Panas

Jika musim panas bisa mencapai 50 derajat celcius. Panasnya udara, menyebabkan angin yang berhembus pun terasa panas, tahukah rasanya kawan? Seperti terkena angin dari hairdryer. Makanya dengan menggunakan cadar, Alhamdulillah sedikit mengurangi rasa panas di wajah.

Hujan Debu…


Langit menguning, bau debu yang menusuk, panas, sesak dan pengap. Itulah yang kerap kali terjadi jika hujan debu melanda kota Riyadh. Sering sekali hujan debu ini menyapa bumi di musim peralihan.

Dampak cuaca ekstrim pada kehidupan sehari-hari:

  • Pada awalnya saya sempat bingung dengan tipe rumah di Riyadh ini, kok tidak ada ventilasi seperti di Indonesia? Awalnya yang terbayang apakah tidak pengap dan tidak segar nanti ruangannya? Ternyata dengan cuaca ekstrim dan hujan debu, adanya ventilasi bisa sangat bermasalah.
  • AC dan Kulkas adalah kebutuhan pokok yang harus dimiliki oleh keluarga.
  • Pada musim panas makanan cepat sekali basi sehingga harus disiasati cara memasaknya, atau disimpan di kulkas makanan yang tersisa.
  • Pada umumnya, orang dewasa dan anak-anak pada musim panas akan berkurang nafsu makannya, pada musim dingin sebaliknya.
  • Pada musim panas, rumah seperti sarang lebah, berisik karena AC.
  • Cuaca kering sehingga harus selalu memakai pelembab kulit dan bibir. Jika tidak siap-siap kulit bersisik dan pecah-pecah
  • Jika awal-awal datang kesini tidak usah terkejut akan sering mimisan atau kotoran hidung seringkali bercampur darah.

Allahu ‘alam

Semoga bermanfaat J

Selasa, 24 Mei 2011

Wahai jiwa, apa yang telah kau persiapkan untuk bertemu Rabbmu?


Ya, rabb, di penghujung pekan ini, begitu banyak berita menyentakku, kabar kembalinya ke pangkuan Mu, ustadzah shalehah panutan muslimah Ibu Yoyoh yusroh, Nurul F Huda seorang muslimah penulis 23 buku...

Mereka telah mengukir amal-amal luar biasa dalam hidup mereka, apa yang dilakukan mereka telah menjadi bekal pertemuan dengan Mu

Lalu bagaimana dengan aku? Wahai jiwa yang penuh dosa?

Beberapa hari yang lalu, seseorang yang kuhormati membacakan kandungan Qur’an Surat Al An’am ayat 59-60, bagaimana kita bisa menghayati keberadaan Allah, menghayati betul hidup ini dibawah pengawasan Allah..

Lalu, wahai jiwa, masihkah berani melakukan apa yang Allah tak Ridloi? Tidak ada tempat bersembunyi dari-Nya di alam semesta ini!

Lalu di sebuah forum lingkar cahaya, beberapa sahabat mengingatkan akan kematian dan kedahsyatan azab neraka… kematian sebuah kata yang telah syetan bungkus agar manusia takut bahkan dengan membayangkannya, sehingga manusia malas memikirkannya, lebih tertarik untuk mengalihkan pembicaraan dibandingkan dengan merenungkannya… Azab neraka, peringatan yang telah Allah gambarkan dalam Al Qur’an dan Hadits, bagaikan dongeng dan mimpi buruk padahal itu adalah kenyataan yang akan datang yang telah Allah janjikan, dan Allah tak kan ingkar pada janjiNya..

Apakah dirimu wahai jiwa telah takut? Takut yang sebenar-benar takut? Bukan hanya takut sesaat lalu kembali lupa dengan peringatan Allah..

Ingatlah wahai jiwa, dunia ini adalah tempat persinggahan, semuanya hanya titipan Allah…

Berhati-hatilah selalu wahai jiwa, apakah langkah yang kan diayunkan Allah Ridlai?

Luruskan niat, luruskan niat, Luruskan niat.. di awal, ditengah dan diakhir Agar segala yang dilakukan dicatat sebagai amal ibadah

Ya Rabb, Ya muqallibal quluub.. tsabbit qalbiy ‘alaa diinik,

Ya musharriful quluub, tsabbit qalbiy ‘alaa tha’aatik

Selasa, 26 April 2011

Tokoh Perempuan Indonesia Selain Kartini

image credit: cakrabuanacinta.wordpress.com


Jika seorang Raden Ajeng Kartini baru bisa berdiskusi, bermimpi ingin ini dan itu, surat menyurat, dan mengajar di kediamannya, maka para perempuan Aceh sudah berjihad di belantara hutan memerangi kaum kafirin bersama-sama para Mujahidin prianya.

Mereka adalah

Laksamana Malahayati yang gagah berani dalam memimpin armada laut Kerajaan Aceh Darussalam melawan Portugis;

Cut Nyak Din yang memimpin perang melawan Belanda setelah suaminya, Teuku Umar, syahid;

Teungku Fakinah, seorang ustadzah yang memimpin resimen laskar perempuan dalam perang melawan Belanda, usai perang Fakinah mendirikan pusat pendidikan Islam bernama Dayah Lam Diran;

Cut Meutia, yang selama 20 tahun memimpin perang gerilya dalam belukar hutan Pase yang akhirnya menemui syahid karena Meutia bersumpah tidak akan menyerah hidup-hidup kepada kape Belanda;

Pocut Baren, seorang pemimpin gerilya yang sangat berani dalam perang melawan Belanda di tahun 1898-1906; Pocut Meurah Intan, yang juga sering disebut dengan nama Pocut Biheu, bersama anak-anaknya—Tuanku Muhammad, Tuanku Budiman, dan Tuanku Nurdin—berperang melawan Belanda di hutan belukar hingga tertawan setelah terluka parah di tahun 1904; namanya diabadikan menjadi nama sebuah resimen laskar perempuan Aceh “Resimen Pocut Baren” yang merupakan bagian dari Divisi Pinong di Aceh semasa revolusi fisik melawan Belanda. Resimen perempuan Aceh ini sangat ditakuti Belanda karena terkenal tidak pernah mundur atau pun melarikan diri dalam setiap pertempuran. Mereka bahkan pantang menyerah hidup-hidup kepada penjajah.

Cutpo Fatimah, teman seperjuangan Cut Meutia, puteri ulama besar Teungku Chik Mata Ie yang bersama suaminya bernama Teungku Dibarat melanjutkan perang setelah Cut Meutia syahid, hingga dalam pertempuran tanggal 22 Februari 1912, Cutpo Fatimah dan suaminya syahid bertindih badan diterjang peluru Belanda.

Kita tentu masih ingat kalau Majapahit sebagai kerajaan yang pernah menguasai hampir seluruh kawasan Asia Tenggara hingga ke Formosa dibagian utara dan Madagaskar di barat, ternyata dalam silsilah kerajaan Majapahit pernah diperintah 2 dua perempuan masing-masing Tribhuwanatunggadewi (1328-1350) M”. dan Kusuma Wardhani (1389-1429) M.
Catatan sejarah yang lebih tua dari Majapahit dikenal pula sosok perempuan sebagai panutan yang sangat dihormati yaitu Fatimah Binti Ma’mun. Nama tokoh ini ditemukan dalam prasasti makam yang terletak di Leran (dekat Gresik) dalam prasasti tersebut selain nama, juga keterangan wafat yaitu tahun 1028 M .

Bukan hanya itu dalam catatan sejarah, dikenal juga wanita kesohor dari kerajaan Kalingga (Holing/Keling), masa keemasan kerajaan ini justru berpuncak ketika Ratu Sima berkuasa yang diperkirakan berlangsung pada abad VII M. Dalam masa itu menurut sejarah, rakyat sungguh-sungguh sangat merasakan nuansa kemakmuran dan keadilan. Hal tersebut ditandai dengan pembangunan gapura penerang disetiap persimpangan jalan yang bertatahkan emas tanpa ada yang berniat apalagi nekat melakukan pencurian sebagaimana dikekinian yang meski tersembunyi, dijaga ketat dan disertai ancaman hukuman berat, toh juga dapat diterobos dengan modus korupsi dan sejenisnya.

Putri Ta’dampali dari istana kerajaan Luwu yang dibuang ke daerah Wajo karena mengidap penyakit lepra. Ditempat pembuangannya bukan saja dapat sembuh konon dengan jilatan seekor kerbau, Putri Ta’dampali juga ternyata sukses menyulap daerah Wajo menjadi kerajaan besar laksana baldatun tayyibatun warabbun gafuur.

Kitab lontara karangan legendaris Lagaligo yang sangat mashur dalam dunia kesusastraan kuno ternyata tidak punya nilai seagung itu, seandainya tanpa sentuhan tangan Colli Pujie, lagi-lagi seorang perempuan yang penulis kira sulit dicari tandingannya di masa kini. Dialah yang tekun mengumpulkan serpihan lontara Lagaligo lalu ditulisnya kembali hingga menjadi kitab utuh yang sangat monumental di seantero dunia

Sultanah Safiatudin dikenal sebagai sosok yang sangat pintar dan aktif mengembangkan ilmu pengatetahuan. Selain bahasa Aceh dan Melayu, dia menguasai bahasa Arab, Persia, Spanyol dan Urdu. Di masa pemerintahannya, ilmu dan kesusastraan berkembang pesat. Ketika itulah lahir karya-karya besar dari Nuruddin ar-Raniry, Hamzah Fansuri, dan Abdur Rauf. Ia juga berhasil menampik usaha-usaha Belanda untuk menempatkan diri di daerah Aceh.

Tokoh wanita kedua yang disebut Harsja Bachriar adalah Siti Aisyah We Tenriolle. Wanita ini bukan hanya dikenal ahli dalam pemerintahan, tetapi juga mahir dalam kesusastraan. B.F. Matthes, orang Belanda yang ahli sejarah Sulawesi Selatan, mengaku mendapat manfaat besar dari sebuah epos La-Galigo, yang mencakup lebih dari 7.000 halaman folio. Ikhtisar epos besar itu dibuat sendiri oleh We Tenriolle. Pada tahun 1908, wanita ini mendirikan sekolah pertama di Tanette, tempat pendidikan modern pertama yang dibuka baik untuk anak-anak pria maupun untuk wanita.

Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini.

*Disarikan dari berbagai sumber

Sabtu, 23 April 2011

Ondenesia?! :)

Suatu hari saya terlibat obrolan dengan salah seorang anak tetangga yang berusia 4-5 tahunan… Ia terus berceloteh,

Ammah, kalo nanti kakak ke Ondenesia…bla..bla..bla…”

Seperti biasanyak, saya tanggapi setiap celotehannya

Ammah, di Ondenesia itu ada…. Bla..bla..bla…”

Setelah kesekian kalinya anak itu berkata “Ondenesia” saya pun baru ngeh jika anak ini salah mengucap kata Indonesia, tanah airnya sendiri…he…he…

Lalu saya coba mengoreksi kata-katanya (dalam hati saya bergumam, ini anak Indonesia, kok salah mengucap nama tanah airnya sendiri,,,ckckck, wah tidak bisa dibiarkan :p)

“kakak, bukan Ondensia, tapi Indonesia”

Dia lalu tersenyum…

Tapi tetap saja kalo bicara dia keceletot lagi, Ondenesia lagi deh dibilangnya…

Terang saja anak tersebut mengucap Ondenesia, karena dia bersekolah di Daycare-nya Daar Adz Dikr (semacam sekolah atau kursus bahasa arab untuk perempuan non arab). Disana bahasa yang digunakan bahasa Arab.. dan dalam bahasa Arab kata Indonesia jadi Andunisia…

Ketika kita belajar bahasa arab, mengucap kata Indonesia biasanya disalahkan, yang benar Andunesiy (untuk kebangsaan) dan Andunisia (untuk Negara)

Jumat, 22 April 2011

Apa sesungguhnnya yang diperjuangkan Kartini?


Disarikan dari artikel Kartini Bukan “Pahlawan Emansipasi” karya Andi Perdana G yang dipublikasikan di eramuslim.com

“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pen

didikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-lakidalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya:menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama. [Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902].

Dalam buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" Kartini adalah sosok yang berani menentang adat-istiadat yang kuat di lingkungannya. Dia menganggap setiap manusia sederajat sehingga tidak seharusnya adat-istiadat membedakan berdasarkan asal-usul keturunannya. Memang, pada awalnya Kartini begitu mengagungkan kehidupan liberal di Eropa yang tidak dibatasi tradisi sebagaimana di Jawa. Namun, setelah sedikit mengenal Islam, pemikiran Kartini pun berubah, yakni ingin menjadikan Islam sebagai landasan dalam pemikirannya.

Kita dapat menyimak pada komentar Kartini ketika bertanya pada gurunya, Kyai Sholeh bin Umar, seorang ulama besar dari Darat Semarang, sebagai berikut: "Kyai, selama kehidupanku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama dan induk al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan bualan rasa syukur hatiku kepada Allah. Namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa para ulama saat ini melarang keras penerjemahan dan penafsiran al-Quran dalam bahasa Jawa? bukankah al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”.

Demikian juga dalam surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902 yang isinya memuat, “Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai.”

Selain itu Kartini mengkritik peradaban masyarakat Eropa dan menyebutnya sebagai kehidupan yang tidak layak disebut sebagai peradaban, bahkan ia sangat membenci Barat. Hal ini diindikasikan dari surat Kartini kepada Abendanon, 27 Oktober 1902 yang isinya berbunyi, “Sudah lewat masamu, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, apakah Ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah Ibu menyangkal bahwa di balik sesuatu yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban?”

Selanjutnya di tahun-tahun terakhir sebelum wafat ia menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang bergolak di dalam pemikirannya. Ia mencoba mendalami ajaran yang dianutnya, yaitu Islam. Pada saat Kartini mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya dan mengkaji isi Al-Qur’an melalui terjemahan bahasa Jawa, Kartini terinspirasi dengan firman Allah SWT (yang artinya), “…mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman) (QS al-Baqarah [2]: 257),” yang diistilahkan Armyn Pane dalam tulisannya dengan, “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Selain itu Kartini mengkritik peradaban masyarakat Eropa dan menyebutnya sebagai kehidupan yang tidak layak disebut sebagai peradaban, bahkan ia sangat membenci Barat. Hal ini diindikasikan dari surat Kartini kepada Abendanon, 27 Oktober 1902 yang isinya berbunyi, “Sudah lewat masamu, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, apakah Ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah Ibu menyangkal bahwa di balik sesuatu yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban?”

Kartini adalah sosok yang mengajak setiap perempuan memegang teguh ajaran agamanya dan meninggalkan ide kebebasan yang menjauhkan perempuan dari fitrahnya. Beberapa surat Kartini di atas setidaknya menunjukan bahwa Kartini berjuang dalam kerangka mengubah keadaan perempuan pada saat itu agar dapat mendapatkan haknya, di antaranya menuntut pendidikan dan pengajaran untuk kaum perempuan yang juga merupakan kewajibannya dalam Islam,bukan berjuang menuntut kesetaraan (emansipasi) antara perempuan dan pria sebagaimana yang diklaim oleh para pengusung ide feminis.

Selasa, 19 April 2011

Satu Tahun Aufa


18 April 2010

Buah hati yang dirindukan itu telah lahir

Seorang perempuan mungil

Yang kami harapkan kelak menjadi seorang Muslimah shalehah,

mujahidah tangguh di tengah riuh dunia fana,

Penyejuk mata kami, dan

Yang senantiasa menjaga diri dari dosa, Aufa Iffatunnisa



رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَآ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيم

ربِّ هَبْ لِى مِن لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَآءِ

ربِّ هَبْ لِى مِنَ الصَّـلِحِينِ

ربِّ اجْعَلْنِى مُقِيمَ الصَّلوةِ وَمِن ذُرِّيَتِى رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَجِنَا وَذُرِّيَّـتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَإِمَاماً

18 April 2011

Ya habibatuna, di usia satu tahun ini doa Ayah dan ummi tetap sama…

Semoga Allah senantiasa menjagamu agar senantiasa dalam ridla-Nya, menjadi anak yang shalehah, menjadi Qurrata a’yun bagi ayah dan ummi, menjadi pribadi yang bermanfaat bagi ummat, senantiasa menjaga diri dari dosa, menutup usia dengan khusnul khatimah, dan semoga Allah mengumpulkan kita bersama di Jannah-Nya kelak..Aamin

Kamis, 24 Maret 2011

Deadliners..

“Koreksi akhir majalah PENA. Deadline, Selasa 22/03 2011 pukul 08.00 malam”.

PENA adalah majalah yang diterbitkan oleh Atase Pendidikan Kedutaan Besar RI (KBRI) Riyadh untuk masyarakat Indonesia di Arab Saudi. Kebetulan, kami berdua (saya dan istri) menjadi editornya (hehe., sekalian nambah kas keluarga ceritanya :D).

Demikianlah, kalimat pembuka diawal tulisan ini senantiasa ‘meramaikan’ kondisi rumah kami setiap 3 bulan sekali.

Memiliki deadline berarti positif, dimana kita memiliki satu batas waktu untuk menyelesaikan suatu tugas. Setidaknya, kita pasti memiliki ancang-ancang dan tahapan-tahapan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Alhamdulillah, jika tugas yang kita miliki dapat diselesaikan dengan sempurna. Astagfirullah, jika ternyata tugas kita masih jauh dari selesai…

Semua orang pasti pernah mengalami hal yang serupa terkait per-deadline-an ini. Ketika kita memiliki suatu tanggal pasti (tenggat akhir untuk melakukan suatu tugas), segala sumber daya yang kita miliki (terutama waktu, tenaga dan pikiran) pastinya akan dikerahkan seoptimal mungkin untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Entah mengapa, ada suatu kenikmatan tersendiri yang dirasakan, apalagi ketika kita benar-benar menyelesaikannya di detik-detik akhir, alias menjadi seorang deadliners.

Entahlah, sepertinya ada sebuah kekuatan lebih ketika kita mengerjakannya pada detik-detik terakhir. Pikiran kita jauh lebih konsentrasi dan fokus, terkadang dalam waktu singkat pekerjaan-pekerjaan ternyata bisa dilakukan dengan baik.

Coba bandingkan ketika suatu pekerjaan yang tidak memiliki deadline, atau memiliki deadline yang panjang. Mengerjakan pekerjaan dengan cara bertahap terkadang justru membutuhkan waktu yang lebih lama ketimbang dikerjakan mendekati deadline. Ketiadaan deadline, nampaknya cenderung membuat kita dihinggapi rasa malas atau bekerja kurang efektif, betul? (Mungkin ini hanya berlaku untuk orang-orang tipe deadliners J )

Namun walau bagaimanapun, sepertinya kebiasaan deadliners atau procrastination (penundaan) harus dikikis sedikit demi sedikit… Mengapa?

Jika kita renungkan lebih jauh lagi, sesungguhnya ada hal yang sangat penting dalam kehidupan ini namun tidak kita ketahui kapan deadline-nya. Hal itu tidak lain adalah umur kita! Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan deadline umurnya akan tiba. Untuk yang satu ini kita tidak punya pilihan lain, selain untuk senantiasa berusaha agar…

TIDAK MENJADI ORANG-ORANG YANG SUKA MENUNDA-NUNDA

DAN BERLEHA-LEHA!!!

Untuk itu, kita harus CERDAS!

Kriteria apa sehingga kita bisa disebut cerdas?

Ibnu Umar menceritakan, Aku datang menemui Nabi s.a.w., bersama sepuluh orang, lalu salah seorang Anshar bertanya, “Siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia wahai Rasulullah?” Kemudian Nabi s.a.w. menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang-orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat [H.R. Ibnu Majah]

Semoga kita tergolong kedalam apa yang Rasulullah sebutkan diatas… Aamin

Riyadh, 24 Maret 2011

*picture taken from orgjunkie.com


Minggu, 20 Maret 2011

Being a Housewife is not easy...but Happy :)


Menjadi ibu rumah tangga bagi saya tidaklah mudah, memerlukan waktu adaptasi yang tidak singkat… mungkin begitu juga yang dialami para new mom lainnya..


Dari yang terbiasa berhadapan dengan buku, laptop, dan aktivitas ‘aktualisasi diri’ di kampus, aksi turun ke jalan, tidak pernah terjun ke dapur karena makanan selalu dihidangkan oleh mamah atau paling tidak tinggal beli di warung-warung. Tiba-tiba setelah menikah harus ikut suami, menjalani hidup sebagai ibu rumah tangga tanpa asisten, Then, imagine what happen next?


Ketika awal di Saudi, belum ada akses internet di rumah, Mau masak, bingung cari resep, sudah ada resep masih juga bingung. Saya bahkan tidak tahu seperti apa kemiri, laos, kemangi.. dan bumbu-bumbu dapur lainnya… setelah saya tahu, ternyata saya sudah lama kenal dengan bumbu-bumbu tersebut hanya saja saya tahu namanya dalam bahasa sunda… :p


Karena biasa di rumah bumbu-bumbu dinamai dengan bahasa sunda, sedangkan resep dari internet itu bahasa Indonesia, dan belanja pake bahasa inggris.. alhasil kalo mau masak mikirnya yang lama..


Setelah lahir putri pertama kami, waktu mulai terasa sangat cepat berlalu, harus pintar-pintar bagi waktu untuk pekerjaan-pekerjaan rumah yang laa yantahiy (tak ada akhirnya) seperti; beberes, cuci piring, nyetrika dengan kegiatan mengaji, ‘belajar’ (baca buku, blogwalking, menulis, kebiasaan-kebiasaaan tersebut tidak boleh ditinggalkan, jika ditinggalkan bisa bikin unhappy he..he..), dan amanah lainnya.


Saya jadi teringat beberapa tahun ketika masih kuliah dulu, saya selalu berpendapat bahwa, memasak dan pekerjaan rumah tangga lainnya insyaAllah akan bisa dengan sendirinya, bisa karena biasa… tak perlu lah ada semacam pelatihan memasak dan keterampilan khusus akhwat lainnya, toh setiap akhwat itu unik, biarlah mereka melakukan apa yang sesuai dengan bakat dan kecenderungannya…


Hmm….Ya ternyata saat ini saya baru menyadari bahwa… Pendapat saya tersebut SALAH BESAR!!! Setiap akhwat atau muslimah hendaknya terbiasa atau setidaknya nggak anti dengan pekerjaan kerumah tanggaan (seperti memasak, mencuci, bersih-bersih rumah, mendekorasi rumah..dsb)


Mengapa? walaupun kita mampu membayar seorang asisten/khadimat/yang bantu-bantu pekerjaan rumah, kita tidak akan pernah tahu di masa depan nanti, kita akan menjadi apa, dimana dan seperti apa… ketika kita ditakdirkan untuk ikut suami ke luar negeri misalnya untuk melanjutkan studi atau bekerja… (pengalaman pribadi hehehe) tidak ada pilihan lain selain harus bisa memasak,,, karena jika tidak, sulit menemukan makanan halal, atau kurang suka dengan jenis makanan di negera tsb… apalagi jika sudah ada putra atau putri kecil yang menuntut kita untuk senantiasa kreatif memasak masakan sehat dan bergizi…


Atau ada yang berpikiran “ tenang saja.. insyaAllah bisa dengan sendirinya… “

Betul sekali, nanti juga bisa sendiri, tapi, kekakuan tangan dan otak kita ketika melakukan pekerjaan baru akan menguras waktu dan tenaga kita… percaya deh.. jika kita sudah terbiasa melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sebelum menikah.. insyaAllah kita akan lebih mudah dan lebih produktif menjalani peran kita sebagai ibu rumah tangga..


Belajar mencintai apa yang harus kita lakukan.. love what we do.. ternyata tidaklah mudah jika tidak diiringi dengan keikhlasan… ingat kan kisah Fatimah ra. Putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam?


*he..he.. tulisan ini adalah pengingat bagi diri saya sendiri agar senantiasa terus belajar menjadi istri dan Ibu yang lebih baik… so.. bagi para akhwat biasakan diri ya.. tidak ada kata terlambat untuk belajar dan berlatih.. (sekedar saran… boleh setuju boleh tidak ^_^v )

Rabu, 16 Maret 2011

Oleh-oleh dari Raker Bid.Puan Riyadh

Taushiah yang disampaikan oleh ummu Atikah, disarikan dari buku Mencari Pahlawan Indonesia (karya Ust Anis Matta).

“Seorang pahlawan tidak membuang energi untuk memikirkan bagaimana posisinya di dalam sejarah manusia, yang mereka pikirkan adalah posisi terhormat di mata Allah SWT..”

Mukmin sejati ialah pahlawan itu…
Mereka bukanlah pahlawan kesiangan yang mengejar posisi di hadapan manusia
Mereka memiliki AMBISI SEJATI
Ambisi yang sebenarnya
Ambisi yang disyari’atkan
yaitu MERAIH RIDHA ALLAH SWT…
Ambisi sejati ini yang mendorong para pahlawan untuk terus berkompetisi,
Ya berkompetisi, fastabiqul khairat dalam beramal shaleh...

Semoga kita dapat menjadi bagian dari para pahlawan tersebut…

Minggu, 06 Maret 2011

TED and TEDx Conference


Apa sih TED?? pertanyaan ini saya lontarkan ketika saya dan suami sedang melihat sebuah video seorang berkebangsaan india bernama Pranav Mistry yang mempresentasikan tentang penemuannya ‘The sixth sense’ pada sebuah acara bernama TED.


Yang menarik adalah bukan hanya produk dan penemuannya akan tetapi di akhir presentasinya, Pranav Mistry ini memiliki keinginan untuk kembali membangun negerinya memberikan kontribusi untuk masyarakatnya, dari kawah candradimuka MIT kembali ke india…


Ternyata tak hanya Pranav Mistry yang memiliki ide luar biasa.. ada William Kwamkamba, di Indonesia ada bapak Nurul, dan sejumlah pembicara-pembicara lainnya…


kita bisa belajar banyak hal dari mereka…


Disarikan dari informasi di Youtube (Presentasi TEDx Bandung @ITB) dan Wikipedia, inilah TED:

TED ini kepanjangan dari Technology, Entertainment and Design.. yang mulai diinisiasi oleh Richard Saul Wurman pada tahun 1984. Pada tahun itu, 3 bidang tersebut berjalan sendiri-sendiri. Munculah ide untuk menyatukan ketiganya karena potensinya jika dikolaborasikan. Diselenggarakanlah konferensi bernama TED secara berkala. Pada perkembangannya tidak hanya 3 bidang tadi yang dibahas pada event ini, tetapi ada juga bisnis, fenomena sosial, kultur, pendidikan, seni, ilmu pengetahuan dan bidang lainnya yang bahkan sulit dikategorikan. Pembicara-pembicara yang luar biasa dihadirkan seperti Bill gates, Al Gore, etc.. pada konferensi tersebut bahkan audiens-nya pun diseleksi. Tiket untuk mengikutinya luar biasa mahal, yaitu seharga USD $ 4000.


Ya, pada awalnya TED memang elitis, sampai akhirnya pada tahun 2006, TED diambil alih oleh Chris Anderson seorang kurator asal Inggris. Dia me’revolusi’ TED (yang memiliki tagline ideas worth spreading) menjadi sebuah wadah pembelajaran.. dia menggratiskan video-video TED dan juga memperbolehkan TED diselenggarakan secara independent (yang dinamakan TEDx) di Negara manapun. Video-video tersebut pun di translasikan ke lebih dari 79 bahasa oleh ribuan volunteer. Pada tahun pertama ada 250 penyelenggaraan konferensi TEDx diseluruh dunia, tahun kedua meningkat menjadi lebih dari 1000 konferensi. Luar biasa perkembangannya!!


Cita-cita Chris Anderson adalah membuat ‘Harvard without building’

Belajar tidak lagi dibawah tekanan, tidak lagi dalam ruang-ruang kelas, belajar langsung dari orang-orang yang ahli di bidangnya, saling memberi inspirasi dan bersama membuat inovasi global.


Alhamdulillah saat ini akses internet membuat kita bisa belajar banyak hal, sehingga tidak ada alasan untuk gaptek, gapfo (gagap informasi he..he..), dan juga tidak ada alasan untuk berhenti belajar. So, harus tetep up to date dengan informasi dan teknologi... perbesar terus kapasitas diri!


Bersyukur hingga saat ini masih merasakan haus akan ilmu, lezatnya belajar, nikmatnya membaca dan menulis…


Semoga ilmu yang didapat bisa menjadi ilmu yang bermanfaat, bekal dan amal jariyah yang pahalanya senantiasa mengalir… Aamin Ya Rabb

Minggu, 20 Februari 2011

Seputar Isu Lingkungan di Riyadh

Tulisan ini bukan tulisan ilmiah, hanya mencoba berbagi dari yang teramati oleh mata… J

Plastiknya Buaanyaak Bangeettt!!!
Ketika berbagai Negara hangat dengan isu ‘ramah lingkungan’ berbagai kampanye dilancarkan, seperti non plastic bag campaign dsb. Bahkan di Indonesia pun mulai ramai-ramai mengurangi jumlah timbulan sambah. Nah yang mengejutkan, justru di Saudi sini, fenomena penggunaan plastik luar biasa massive. Jika anda berbelanja ke supermarket, untuk belanja bulanan mungkin anda akan mendapatkan kantong plastik tidak kurang dari 6 sampai 7 plastik. Itu terjadi tidak hanya di satu supermarket tapi hampir di semua supermarket.


Fenomena Pospak
“Popok sekali pakai di sini terhitung murah dibandingkan dengan di Indonesia” Begitu kata ibu-ibu disini, jadi sebagian besar ibu-ibu disini jarang sekali memakaikan popok kain, langsung pakai pospak dari baru lahir (bahkan sejak di Rumah Sakit, dikasih gratisan). Selain alasan murah, alasan utama lainnya adalah; PRAKTIS. Beberapa ibu-ibu yang ingin memakaikan cloth diapers harus ‘import’ dari Indonesia.

Kebersihan Jalan dan Fasilitas Umum à Yang ini Udah OK.
Kalo untuk kebersihan jalanan, sudah lumayan bagus. Sampah setiap pagi selalu diangkut, jalan-jalan disikat setiap pagi.

Drainase
Ini dia, semenjak dua tahun terakhir ini di Saudi jadi sering sekali hujan (di musim dingin tentunya), padahal sebelumnya setahun bisa satu atau dua kali hujan (itupun gerimis)…
karena iklim gurun ini mungkin desain di dalam rumah-rumah dan perkantoran disini ga ada penadah air hujan, atau saluran untuk air hujan seperti di Indonesia, terus perasaan kemiringan lantai juga kurang diperhatikan, jadi sekalinya hujan jadi becek, walaupun hujannya ga sebesar di Indonesia. Kalo drainase kota ada tentunya.
Dua tahun terakhir ini, sekalinya terjadi hujan, jadi sering becek bahkan banjir (karena di riyadh ini banyak jalan2 underpass gitu, kalo di kita yang ada jalan layang)…. Di sekolah-sekolah beberapa kali libur karena hujan, katanya sih alasannya karena ada pembersihan bangunan dari air-air yang tergenang. Untuk ke depannya, sepertinya perlu ada pembenahan drainase terkait perubahan iklim yang terjadi. Karena hujan dua jam saja bisa langsung banjir…

Tong Sampah dan pemilahan sampah
Di Saudi, tong sampah di perumahan-perumahan tidak di pisah, nah kalau di rumah sakit, yang saya amati dipisah antara sampah medis dan sampah domestik. Sampah domestic warna plastiknya biru, sampah medis warna plastiknya kuning.