Menjadi ibu rumah tangga bagi saya tidaklah mudah, memerlukan waktu adaptasi yang tidak singkat… mungkin begitu juga yang dialami para new mom lainnya..
Dari yang terbiasa berhadapan dengan buku, laptop, dan aktivitas ‘aktualisasi diri’ di kampus, aksi turun ke jalan, tidak pernah terjun ke dapur karena makanan selalu dihidangkan oleh mamah atau paling tidak tinggal beli di warung-warung. Tiba-tiba setelah menikah harus ikut suami, menjalani hidup sebagai ibu rumah tangga tanpa asisten, Then, imagine what happen next?
Ketika awal di Saudi, belum ada akses internet di rumah, Mau masak, bingung cari resep, sudah ada resep masih juga bingung. Saya bahkan tidak tahu seperti apa kemiri, laos, kemangi.. dan bumbu-bumbu dapur lainnya… setelah saya tahu, ternyata saya sudah lama kenal dengan bumbu-bumbu tersebut hanya saja saya tahu namanya dalam bahasa sunda… :p
Karena biasa di rumah bumbu-bumbu dinamai dengan bahasa sunda, sedangkan resep dari internet itu bahasa Indonesia, dan belanja pake bahasa inggris.. alhasil kalo mau masak mikirnya yang lama..
Setelah lahir putri pertama kami, waktu mulai terasa sangat cepat berlalu, harus pintar-pintar bagi waktu untuk pekerjaan-pekerjaan rumah yang laa yantahiy (tak ada akhirnya) seperti; beberes, cuci piring, nyetrika dengan kegiatan mengaji, ‘belajar’ (baca buku, blogwalking, menulis, kebiasaan-kebiasaaan tersebut tidak boleh ditinggalkan, jika ditinggalkan bisa bikin unhappy he..he..), dan amanah lainnya.
Saya jadi teringat beberapa tahun ketika masih kuliah dulu, saya selalu berpendapat bahwa, memasak dan pekerjaan rumah tangga lainnya insyaAllah akan bisa dengan sendirinya, bisa karena biasa… tak perlu lah ada semacam pelatihan memasak dan keterampilan khusus akhwat lainnya, toh setiap akhwat itu unik, biarlah mereka melakukan apa yang sesuai dengan bakat dan kecenderungannya…
Hmm….Ya ternyata saat ini saya baru menyadari bahwa… Pendapat saya tersebut SALAH BESAR!!! Setiap akhwat atau muslimah hendaknya terbiasa atau setidaknya nggak anti dengan pekerjaan kerumah tanggaan (seperti memasak, mencuci, bersih-bersih rumah, mendekorasi rumah..dsb)
Mengapa? walaupun kita mampu membayar seorang asisten/khadimat/yang bantu-bantu pekerjaan rumah, kita tidak akan pernah tahu di masa depan nanti, kita akan menjadi apa, dimana dan seperti apa… ketika kita ditakdirkan untuk ikut suami ke luar negeri misalnya untuk melanjutkan studi atau bekerja… (pengalaman pribadi hehehe) tidak ada pilihan lain selain harus bisa memasak,,, karena jika tidak, sulit menemukan makanan halal, atau kurang suka dengan jenis makanan di negera tsb… apalagi jika sudah ada putra atau putri kecil yang menuntut kita untuk senantiasa kreatif memasak masakan sehat dan bergizi…
Atau ada yang berpikiran “ tenang saja.. insyaAllah bisa dengan sendirinya… “
Betul sekali, nanti juga bisa sendiri, tapi, kekakuan tangan dan otak kita ketika melakukan pekerjaan baru akan menguras waktu dan tenaga kita… percaya deh.. jika kita sudah terbiasa melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sebelum menikah.. insyaAllah kita akan lebih mudah dan lebih produktif menjalani peran kita sebagai ibu rumah tangga..
Belajar mencintai apa yang harus kita lakukan.. love what we do.. ternyata tidaklah mudah jika tidak diiringi dengan keikhlasan… ingat kan kisah Fatimah ra. Putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam?
*he..he.. tulisan ini adalah pengingat bagi diri saya sendiri agar senantiasa terus belajar menjadi istri dan Ibu yang lebih baik… so.. bagi para akhwat biasakan diri ya.. tidak ada kata terlambat untuk belajar dan berlatih.. (sekedar saran… boleh setuju boleh tidak ^_^v )